Jakarta – Anggota Komisi VI DPR RI dari Fraksi Gerindra Andre Rosiade, meminta Direktur Utama PT Kereta Api Indonesia (KAI) Didiek Hartantyo melakukan audit investigasi terhadap proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung (KCJB). Hal itu menyusul terjadinya pembengkakan biaya (cost overrun) hingga US$ 1,9 miliar pada proyek tersebut.
Dalam PMN 2022 disebutkan, PT KAI mendapatkan jatah Rp 4,1 triliun untuk menutup cost overrun pada proyek strategis nasional kereta cepat. Andre menilai, pemberian PMN tersebut bertentangan dengan Perpres 107 tahun 2015 yang menyebut pelaksanaan proyek KCJB tidak memakai duit APBN.
Andre pun meminta Dirut PT KAI melakukan audit investigasi sebelum masuk ke dalam konsorsium perusahaan yang menggarap proyek strategis nasional tersebut.
“Karena bagaimanapun juga, dalam Perpres 107 tahun 2015 itu janjinya tidak pakai APBN, faktanya kita sekarang pakai APBN. Ini pasti suatu saat menjadi persoalan. Mungkin saja setelah rezim berganti, pasti ada yang genit mempermasalahkan soal ini. Saya minta Bapak audit investigasi, tahu barangnya, baru masuk. Nanti Bapak akan tahu tanggung jawab Bapak dimana. Jangan sampai setelah pensiun Bapak dipanggil-panggil. Ini penting Pak, untuk pagar diri dulu,” kata Andre dikutip Kamis (2/9/2021).
Lebih lanjut, Andre juga mendorong pengoptimalan Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) dalam proyek kereta cepat. Ia mengaku miris soal penggunaan rel impor dari China pada proyek ini. Sementara di waktu bersamaan, pemerintah selalu bicara soal penggunaan produk dalam negeri di setiap proyek strategis nasional.
“Yang menarik ini, kontraktornya ada tujuh. Satu lokal dan 70 persennya dari China. Sampai rel kereta apinya juga diimpor dari China. Saya ingin bicara, pemerintah selalu bicara selalu bicara TKDN, ini jadi PR,” kata Andre.
Andre pun kembali memberi penekanan bahwa penggunaan komponen dalam negeri harus diutamakan dalam proyek kereta cepat ini.
“Apa kita nggak bisa bikin rel kereta, Pak? Ini kan pekerjaan yang sederhana, bikin rel. Apa Indonesia tidak mampu bikin rel sehingga harus impor dari China. Kita harus buktikan TKDN itu ya relnya dari kita,” kata Andre.
“Intinya kami mendukung KAI, tapi ini banyak lubangnya. Hati-hati. Catatannya pertama, audit investigasi, kedua soal rel. Tolong saya minta relnya lokal. Kasihlah industri dalam negeri, masa rel aja kita impor dari China. Apa lagi di berita-berita kita baca, pejabat kita bilang ‘pemerintah kita mampu ekspor besi, kita mampu ekspor stainless steel, negara kita untung banyak’, masa rel kereta apinya diimpor. Kan berbeda antara pernyataan pemerintah kita banyak ekspor stainless steel sementara rel kereta api kita impor,” tegas Andre.
(ega/ara)
Sumber : Detik.com · 2 September 2021