Hampir setahun ditinggal pergi sang suami, Jusmidar (59) harus berjuang menghidupi diri dan satu orang anaknya. Usaha membuat serundeng dan kacang tojin yang selama ini hanya usaha sampingan, dikuat-kuatkannya secara maksimal. Namun sayang, untuk terus bertahan, modal begitu susah didapat.
Saat wabah Covid-19 melanda, sang anak yang biasanya membantu kehidupan keluarga dengan menjadi tukang parkir di sebuah restoran cepat saji di Padang, juga harus “resign.” Lokasi itu tak lagi butuh tukang parkir tambahan, karena mobil yang parkir kian sepi, bahkan sempat nyaris tak ada. Kini, sang anak hanya di rumah mereka di Sungai Barameh, Gates Nan XX, Lubeg.
“Suami saya dulu juga tukang parkir di tempat anak bekerja, pak Syafdil 75 tahun. Waktu awal markir di sana bolehlah, bisa kami menyekolahkan anak. Pas suami meninggal, anak yang baru tamat SMA menggantikan. Kini, lokasi parkir tak lagi ramai, untuk dapat ‘setoran’ Rp 160 ribu sehari saja susah, sekarang dia di rumah saja,” kata Jusminar saat dikunjungi tim Andre Rosiade (AR) Center, Nurhaida, Alwis Ray dan Rina Shintya.
Kini, Jusmidar harus ekstra kerja keras memastikan serundeng yang dibuat dari ubi, kacang dan udang kecil itu laku di pasaran. Begitu juga kacang tojin yang dibungkus kecil-harga Rp 2.000/kemasan laris di tempat penitipan.
“Tak bisa dipastikan. Sekali empat hari memang harus digoreng kembali. Untuk meminimalisir modal, saya pakai kayu bakar. Kalau hujan terpaksa pakai gas,” kata Jusmidar yang mengaku pernah akan menjadi binaan Kemensos, tapi tertunda karena pandemi corona.
Setiap hari, Jusmidar memutar otak, bagaimana modal untuk berusahanya bisa ditekan, agar keuntungan cukup untuk kebutuhan. Cara lain, mencari ubi yang cukup murah, minyak goreng curah yang baik namun terjangkau, dan juga menjualkan di sekitar rumah. “Tetangga ada yang juga jualan serupa, kami titipkan saja,” katanya.
Saat covid, katanya, dia memaksimalkan kebun di belakang rumah untuk tambahan belanja. Memanen pinang, dan sejumlah tanaman lain seperti sayuran, termasuk sabung. “Apa saja yang bisa kita ambil dan jual dimaksimalkan. Namun, untuk modal kami kekurangan,” sebut Jusmidar yang hari itu menerima bantuan modal dagang dan beras dari Anggota DPR RI Andre Rosiade.
Nurhaida yang juga Sekretaris PIRA (Perempuan Indonesia Raya) Sumbar menyebutkan, mereka mendapatkan informasi keluarga Jusmidar dari tokoh pemuda setempat. “Datanya sampai beberapa waktu lalu. Ibu itu begitu bersemangat ternyata mengerjakan usaha kecilnya. Pak Andre tertarik dengan usaha ini dan memberi bantuan,” kata Nurhaida yang juga Wakil Ketua DPD Gerindra Sumbar.
Jusmidar tak menyangka mendapat kiriman bantuan dari Andre yang hanya dikenalnya dari televisi dan media. “Terima kasih pak Andre Rosiade. Bantuan ini berharga untuk kami sekeluarga. Untuk membantu hidup sehari-hari dan tambahan modal. Semoga pak Andre dan keluarga sehat selalu,” kata ibu dua anak ini. Satu anaknya yang lain sudah merantau ke Riau dan belum terlalu mapan.
Ketua DPD Gerindra Sumbar Andre Rosiade mengaku terus mendukung usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) yang ada di Sumbar. Karena itu selain membantu warga yang kesusahan karena pandemi Covid-19, Andre juga mengirimkan bantuan untuk tambahan modal. Sudah banyak pelaku usaha yang mendapatkan dana segar dari Andre.
“Kami dari Komisi VI memang erat kaitannya dengan perekonomian. Karena itu, bantuan yang diberikan harus tepat sasaran. Agar ibu atau bapak bisa kembali berusaha. Kita doakan Covid-19 cepat berlalu dan ekonomi pulih,” kata ketua harian DPP Ikatan Keluarga Minang (IKM) ini.
Sumber : Posmetropadang · 18 Juli 2020